PERSIJA SEPERTI BUNGA MAWAR
Persija Jakarta memang selalu menarik untuk diberitakan, entah
itu baik atau buruk. Resiko tim sepakbola yang berbasis dari ibukota sudah
pasti jadi alasannya, kemenangan maupun kekalahan serta tindak tanduk para
suporternya selalu saja menjadi bahan yang menarik untuk diperbincangkan baik
di dunia nyata maupun di dunia maya, karena itu ada yang berkata "bad news is
good news".
Jakarta macet itu sudah biasa, Jakarta kebanjiran itu sudah
selayaknya, tapi apa lagi yang ditunggu supporter Persija Jakarta selain
melihat tim “Macan Kemayoran” juara? Persija Jakarta yang kini bermarkas di
Stadion Utama Gelora Bung Karno, mungkin harus mengingat pesan kecil dari
seniman betawi yaitu almarhum Benyamin Sueb dalam film Si Doel Anak Sekolahan,
beliau pernah memberikan guyonan kepada seorang pelatih sepakbola dengan
kata-kata,”Latihan Mulu, Menang Kaga”. Dan mungkin sudah sewajarnya kita
sebagai supporter Persija Jakarta berkata, ”Latihan Terus, Kapan Juara?”
Seperti Monas, Gelora Bung Karno, Bundaran HI bahkan sampai
Stasiun Senen sekalipun adalah monumen bersejarah yang ada di ibukota, generasi
muda Jakarta sekarang mungkin hanya bisa mendengar cerita dari orang-orang tua
proses pembuatan situs-situs sejarah tersebut, lantas apa Persija Jakarta tega
membuat generasi muda Jakarta sekarang ini tidak punya cerita melihat Persija
Jakarta juara untuk anak cucunya nanti? Karena bagi saya pribadi, bicara
Persija Jakarta adalah bicara tentang sejarah dan ketika Persija Jakarta
melakukan kesalahan, maka selayaknya supporter pasti memberikan pandangan dan
ingatan walau dengan senyuman juga sedikit kemarahan.
Terasa sulit memang sekarang ini menjadikan Persija Jakarta
sebagai identitas ibukota, tetapi sulit bukan berarti tidak mungkin tentunya.
Seperti bunga mawar yang tidak pernah mempropagandakan harumnya, Persija
Jakarta sudah besar dengan sejarahnya dari Stadion Ikada sampai Gelora Bung
Karno, dari merah ke oranye dan dari Tan Liong Houw Hingga Bambang Pamungkas,
ketika Monas terpampang nyata di dalam dada dan membuat kita tersenyum bangga
dengan sejarah yang ada. Jadi, sepatutnya bangga supporter persija Jakarta,
karena kita lambat laun menjadi separuh sejarah untuk ibukota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar